Isnin, Disember 15, 2008

Catatan Perjalanan : Banjir di Terengganu

Lebaran Haji kemarin kami sekeluarga pulang lagi ke Kelantan. Pulang kampung membuat saya merasa mempunyai keluarga, dimana ada ramai saudara2 (suami) berkumpul. Setidaknya mengobati kerinduan saya pada keluarga sendiri. Dalam setahun kami pulang 3-4 kali. Johor-Kelantan dapat ditempuh selama kurang lebih 12 jam perjalanan dengan mobil.

Cuaca sedang tidak bersahabat ketika kami berangkat dari rumah. Awal bulan desember yang basah. Di negeri-negeri pantai timur sendiri hujan terus menerus turun, mengakibatkan banjir dibeberapa kampung. Saya baca dikoran-koran, hari Rabu 3 Desember, banjir melanda Marang, Kuala Terengganu dan beberapa lokasi di Terengganu. Jadi saya perkirakan hari sabtu sudah surut. Tapi ternyata perkiraan kami meleset. Hujan turun terus menerus dari hari Jumat diwilayah Kelantan Terengganu..dan...... perjalanan itu cukup menyiksa kami.

Kami sampai di Kuantan sekitar jam 5 sore, kemudian mengambil jalan arah Jabor menuju Jerangau-Kuala Berang-Kelantan. Hujan kadang gerimis kadang lebat. Jam 7 maghrib sekitar 1/2 jam menuju Bukit Besi, ada sekatan jalan raya. Ada pengumuman tertulis "Banjir di Bukit Besi", jadi mobil tidak bisa lewat. Kami dialihkan kejalan menuju Ketengah Jaya. Hari sudah mulai gelap. Kanan kiri jalan adalah hutan lebat, gelap tanpa ada petunjuk jalan (sign board), sementara hujan menggila, menambah kecemasan saya. Suami saya ikut saja kendaraan yang didepan, untungnya banyak juga kendaraan yang senasib dengan kami.

Akhirnya setelah berjalan selama 1 jam, kami bertemu persimpangan. Konvoy mobil yang kami ikuti berpecah. Sebagian terus saja entah menuju kemana, sebagian lagi ambil arah kiri. Suami saya ikut kekiri, padahal masih bingung ini jalan mau kemana. Sempat saya baca "Felda Kerteh".Berarti kami akan masuk kawasan ladang kelapa sawit. Setelah jauh berjalan masih juga tidak ada sign board jalan menuju kemana.

Untungnya Najwa dengan Aliff tertidur pulas. Jadi saya bisa konsentrasi membantu suami menemukan petunjuk jalan dalam keadaan gelap. Sampai ke sebuah persimpangan baru ada petunjuk jalan menuju ke Dungun. Setelah cukup jauh berjalan, akhirnya.... senang sekali saya ketika menemukan persimpangan dan sign board menunjuk jalan ke kiri arah Bukit Besi-Kuala Berang, sementara kanan arah ke Kuala Terengganu-Dungun. Kami pilih kekiri.

Jalan masih panjang, bro...hehe.. Tapi setidaknya kami sudah lega, sudah tahu arah yang dituju. Sampai di Bukit Gading jam 9.30 kami berhenti di stesen minyak (POM Bensin). Disitu Aliff bangun dan menangis tak berhenti entah kenapa. Akhirnya saya baca doa-doa yang saya hafal dan bersolawat untuk menenangkannya. Cukup lama juga dia menangis sampai kemudian tenang sendiri.

Adik suami saya tinggal di Ajil, Kuala Berang. Kesanalah kami menuju untuk singgah sebentar. Sekedar melepas lelah. Sampai disana hujan tambah deras, dan akhirnya kami menginap disana. Lagipula kami khawatir jalan kearah Kelantan tergenang air.

Suami saya meninjau genangan air di kampung Kepah:


Esoknya kami berangkat jam 9 pagi menuju Kelantan. Baru 1/2 jam berjalan, kami sampai di Kampung Kepah, dan....hoaahhhh...banjir lagi. Jalan tergenang air sampai 1/2 meter. Karena mobil kami rendah, kami tidak bisa lewat. Jadi terpaksa balik lagi ke Ajil menuju arah Kuala Terengganu. Untungnya jalan menuju kesana lancar sampai kami tiba di rumah.

Benar-benar melelahkan....

Gbr : Ular sawa (kalo bahasa Indonesia apa ya...) di Kampung Kepah... mati terbawa banjir.. hoahhh serem...saya bergidik melihat ular sebesar itu secara live...

Tiada ulasan:

page counter